Stunting adalah suatu kondisi kronis yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang terjadi karena pola makan yang tidak mencukupi kebutuhan gizi dalam jangka waktu yang lama. Dampaknya termasuk peningkatan risiko kematian, rentan terhadap penyakit, dan pertumbuhan fisik yang tidak optimal.
Stunting ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek daripada orang sehat sebaya. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 mengenai Standar Antropometri untuk Penilaian Status Gizi Anak, menyatakan bahwa kondisi pendek dan sangat pendek merujuk pada status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U), yang sesuai dengan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Di samping itu, prevalensi stunting di Indonesia masih menjadi masalah serius, karena melebihi batas toleransi yang ditetapkan oleh WHO, yang mencapai 20%. Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 mencatat bahwa prevalensi stunting pada balita mencapai 21,6%. Pemerintah menetapkan target untuk mengurangi angka tersebut menjadi 14% pada tahun 2024.
Beberapa faktor penyebab stunting termasuk asupan makanan yang tidak seimbang, terutama kurangnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. WHO merekomendasikan ASI sebagai sumber gizi terbaik yang dapat melindungi bayi dari penyakit. Menurut UNICEF, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta anak balita.
Namun, Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa persentase bayi di bawah usia 6 bulan di Indonesia yang menerima ASI eksklusif mencapai 73,97% pada tahun 2023. Angka ini masih di bawah target yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 80%.
Rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif menjadi faktor penyebab rendahnya status gizi bayi. Beberapa ibu pasca persalinan yang mengalami produksi ASI yang kurang lancar cenderung memberikan susu formula, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi produksi ASI.
Produksi ASI dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan makanan, perawatan payudara, penggunaan kontrasepsi, dan kondisi kesehatan ibu.
Sebagai salah satu upaya tradisional untuk meningkatkan produksi ASI, masyarakat telah menggunakan herbal yang memiliki sifat laktagogum.
Laktagogum adalah zat dalam makanan, obat, atau herbal yang digunakan untuk merangsang, menjaga, dan meningkatkan produksi ASI. Tanaman herbal laktagogum telah menjadi pilihan ibu yang mengalami kesulitan dalam menyusui selama bertahun-tahun.
Asilact® merupakan produk laktagogum yang diformulasikan khusus untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui, menjadikannya pilihan unggul dalam merangsang aliran ASI.
Herbal laktagogum ini menggabungkan daun katuk (Sauropus Androgynus), daun kelor (Moringa Oleifera), dan temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) sebagai komponen utamanya, yang dikenal memiliki efek samping minimal.
Temulawak adalah salah satu tanaman yang diyakini dapat merangsang produksi ASI karena kandungannya yang mengandung minyak esensial, yang membantu dalam pelepasan ASI dengan lebih mudah.
Tidak hanya temulawak, daun katuk juga dipercaya sejak zaman nenek moyang dapat membantu meningkatkan produksi ASI. Selain itu, daun kelor juga termasuk dalam tanaman obat laktagogum yang bermanfaat untuk meningkatkan volume ASI.
Asilact® sebagai herbal untuk meningkatkan ASI telah didukung oleh penelitian ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional oleh Tim Peneliti lintas disiplin dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, bekerja sama dengan PT Swayasa Prakarsa di Yogyakarta yang dipimpin oleh Prof. Dr. apt. Mustofa, M.Kes.
Prof. Dr. Mustofa, Apt, M.Kes., seorang lulusan S2 Ilmu Kedokteran Dasar dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, telah melakukan penelitian bersama dengan enam rekan lainnya tentang Formula Polyherbal (PHF) Asilact® menggunakan tikus menyusui sebagai subjek penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas galaktagog PHF dan dampaknya terhadap ekspresi gen α-laktalbumin (LALBA) dan aquaporin (AQP) pada kadar messenger ribonucleic acid (mRNA) kelenjar susu tikus menyusui.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok PHF (dengan dosis 52,5 dan 105 mg/kg/hari) serta kelompok yang diberi domperidone meningkatkan produksi susu tikus menyusui secara signifikan (p <0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa PHF memiliki potensi untuk meningkatkan aktivitas galaktagog selama masa menyusui dengan meningkatkan regulasi gen LALBA dan AQP pada tingkat mRNA.
“Asilact® mengandung kombinasi dari ekstrak tumbuhan asli Indonesia yang aman dan berkualitas sehingga mampu memberikan manfaat untuk meningkatkan volume air susu ibu. Formula kombinasi Asilact® ini mampu meningkatkan jumlah hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan dalam produksi ASI. Produksi ASI yang lancar dan berkualitas akan mencegah terjadinya stunting pada anak di kemudian hari”. Ungkap Prof. Dr. MUSTOFA, Apt, M.Kes
Asilact® tersedia dalam kemasan botol berisi 30 kapsul dan dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.
Selain masalah ASI, ibu hamil juga rentan terkena anemia yang dapat berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkan, kelompok lain yang rentan terhadap kondisi ini termasuk balita, remaja, dan ibu usia lanjut. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2020, persentase anemia pada ibu hamil di Indonesia mencapai 37,1%.
Anemia juga merupakan masalah yang sering terjadi pada berbagai kelompok usia, seperti balita, remaja, dan ibu usia lanjut. Data dari Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa sebesar 26,8% anak usia 5-14 tahun dan 32% pada usia 15-24 tahun mengalami anemia. Tingginya kasus anemia dikaitkan dengan kurangnya konsumsi tablet tambah darah, yang meningkatkan risiko kesehatan, termasuk anemia.
BeautyFit telah menjadi pilihan produk bagi masyarakat karena mengandung bahan alami yang bekerja secara sinergis untuk menjaga kesehatan fisik, terutama sebagai penambah darah bagi penderita anemia.
Komposisi alami dari BeautyFit® meliputi rimpang kunyit (Curcuma domestica Rhizoma), kulit buah delima (Punica granatum pericarpium), daun kemuning (Murrayae paniculata folium), dan daun tapak liman (Elephantopi scaber folium).
BeautyFit® menggali potensi kekayaan alam yang tersedia dan mengembangkan penggunaannya dari yang sebelumnya hanya bersifat empiris. Selain itu, BeautyFit® dirancang dengan tujuan untuk mengurangi penggunaan bahan kimia dan sintetik pada produk obat kimia, yang dapat mengakibatkan berbagai efek samping.
Sebagai hasilnya, BeautyFit® sebagai produk dengan bahan alami cenderung unggul karena lebih mudah terurai secara alami dan memiliki tingkat toksisitas yang rendah. BeautyFit® dapat digunakan pada masa remaja dan sebelum masa kehamilan.
Asilact® dan BeautyFit® tersedia melalui distributor resmi PT. Nature Ace Indonesia yang berkomitmen tinggi dalam memasarkan produk obat herbal hasil penelitian ilmiah atau standarisasi obat herbal tradisional Indonesia oleh para peneliti. Produk-produk tersebut bisa didapatkan di website resmi PT Nature Ace Indonesia yaitu natureace.id, melalui produk.natureace.id untuk web store atau shopee.co.id/natureaceindonesia untuk toko Shopee.
Selain itu, terdapat produk jamu terstandar lainnya hasil penelitian yang dilakukan oleh para dokter dan apoteker, seperti AGFit® untuk melancarkan peredaran darah, IMFRESHO® untuk menjaga fungsi sistem kekebalan tubuh, PULMAXIN® untuk meredakan batuk dan melegakan tenggorokan, LIPOSTERA® untuk membantu dalam mengurangi lemak tubuh, PRO-LEX® untuk menunjang stamina pria, NEURINDEX® untuk meredakan nyeri otot dan nyeri sendi, PRO NEOPLAS® untuk menjaga kondisi kesehatan pasien kanker, GLUCOSIN® untuk meringankan gejala diabetes, dan MAAGNOFIT® untuk meredakan gangguan lambung seperti kembung, mual, dan sakit perut.
Leave a Reply